Kemana Menyekolahkan Anak ? : Bahaya Pendidikan Sekuler, Syubhat Dan Bantahan
Al-Ustadz Aunur Rofiq Ghufron
BAHAYA PENDIDIKAN SEKULER
Yang dimaksud pendidikan sekuler ialah pendidikan yang tidak
memperhatikan ilmu dienul Islam, atau tidak berasaskan Islam.
Adapun bahayanya banyak sekali, bahaya pengajarnya, materinya, dan pergaulannya.
Bahaya Pengajar
Pada umumnya pengajarnya tidak mengenal aqidah yang benar, atau bodoh
terhadap ajaran Islam, dan boleh jadi mereka orang kafir atau musyrik
atau orang yang memusuhi Islam, itu semua karena latar belakang
pendidikan mereka sebelumnya.
Perhatikan dosen yang mengajar di perguruan tinggi agama Islam dan
lainnya. Tentu hal ini akan berbahaya bila penuntut ilmu tidak
memiliki aqidah dan syari'at Islam yang benar. Penuntut ilmu
(mahasiswa) yang memiliki pengetahuan yang haq pun segan menegur
kesalahan pengajarnya karena khawatir tidak lulus. Adapun siswa uang
kuat imannya, tentu tidaklah betah bergaul dengan mereka karena Allah
Azza wa Jalla menanamkan iman di hati mereka. Lihat surat Al-Hujurat :
7
Bahaya Materinya
Boleh jadi materi yang diajarkan termasuk perkara yang dilarang
menurut ajaran Islam karena berkenaan dengan aqidah dan akhlak, atau
membahayakan jasmani dan rohaninya. Maka siswa yang tidak mengenal
ajaran Islam yang kaffah tentu sulit untuk menghukumi materi itu boleh
dipelajari atau tidak.
Bahaya Pergaulan
Biasanya, pendidikan umum tidak memperhatikan pergaulan siswa dan
siswinya, mereka bercampur menjadi satu tanpa ada hijab
(pembatas,-red) yang menghalanginya, bahkan pengajarnya campur
laki-laki dan wanita. Padahal melihat wanita yang bukan mahramnya
hukumnya haram (lihat surat An-Nur : 30-31), apalagi bergaul bebas
bertatap muka, sentuh-menyentuh, berkhalwat, dan bepergian tanpa
mahram. Tentu dosanya lebih besar daripada manfaat ilmu yang
diperolehnya. Perhatikan sekolah kedokteran dan perkuliahan di jurusan
lainnya, zina mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki, setiap hari
menjemputnya. Siapakah yang bertanggung jawab bila musibah telah
menimpa? Siapakah yang bertanggung jawab di akhiratnya?
Adapun bahaya lain, mereka akan meninggalkan menuntut ilmu dienul
Islam dan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla karena mereka sibuk dengan
ilmu duniawinya. Bahkan, boleh jadi akan memerangi Islam dan ulamanya.
SYUBHAT DAN BANTAHAN
Diantara syubhat (keragu-raguan, red) yang tersebar di kalangan
masyarakat, mereka menyekolahkan anak ke sekolah umum dan melalaikan
pendidikan aqidah shahihah sebagai berikut.
1). Mengikuti Orang-Orang Pada Umumnya.
Jiwa orang awam seperti terkena virus, kaidah mereka "yang ditiru
banyak orang itulah yang baik". Jika anak tidak masuk sekolah umum
maka tidaklah dinamakan bersekolah, itulah aqidah mereka. Oleh karena
itu, mereka berebut supaya anaknya diterima di sekolah negeri atau
sekolah swasta yang berstatus disamakan –minimlahnya yang diakui-.
Padahal prinsip "umumnya" tidak menjamin baik, dan itulah
kenyataannya.
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah …" [Al-An'am : 116]
2). Khawatir Tidak Dapat Pekerjaan
Seharusnya orang Islam khawatir apabila dia dan anaknya tidak bisa
menuntut ilmu dienul Islam dan tidak memiliki aqidah yang shahihah
karena nikmat ini tidak semua orang meraihnya, berbeda dengan
kenikmatan berupa rezeki, semua hamba-Nya –yang beriman ataupun kafir-
dijamin pasti menerimanya (lihat surat Hud : 6), apalagi mereka mau
menuntut ilmu dien dan bertaqwa, niscaya Allah Azza wa Jalla membuka
rezekinya dari langit dan bumi (lihat surat Al-A'raf : 96) dan niscaya
Allah mengangkat derajatnya (lihat surat Al-Mujadilah : 11).
3). Orang Islam Harus Kaya
Prinsip "orang Islam harus kaya" bukanlah tujuan hidup orang yang
beriman, akan tetapi prinsipnya orang kafir. Tujuan hidup yang benar
adalah beribadah kepada Allah Azza wa Jalla (lihat surat Adz-Dzariyat
: 56). Agama Islam tidak melarang orang menjadi kaya, akan tetapi
meninggalkan pendidikan Islam untuk mencari kekayaan adalah merusak
aqidah dan moral (lihat surat At-Takatsur : 1) dan Al-Humazah : 1-2),
bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak khawatir apabila
umatnya miskin, akan tetapi khawatir bila umatnya kaya
Dari Abu Ubaidah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Maka demi Allah, tidaklah aku khawatir bila kamu itu fakir, akan
tetapi aku khawatir bila kamu dilapangkan urusan duniawimu sebagaimana
orang sebelummu, lalu kamu berlomba-lomba mengejarnya seperti mereka,
lalu kamu hancur seperti mereka" [HR Bukhari 2924, Muslim 5261]
4). Kemunduran Kaum Muslimin Karena Faktor Ekonomi
Kami tidak mengigkari bahwa ekonomi penunjang kekuatan kaum muslimin
sebagaimana kekuatan kaum muslimin sebagaimana disebutkan di dalam
surat Al-Anfal : 60. Akan tetapi, semata-mata mengejar urusan dunia
tanpa dilandasi aqidah yang benar, tidaklah memakmurkan Islam, justru
sebaliknya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan
kehancuran kaum muslimin karena umatnya ambisi dunia, bukan karena
mengejar ilmu Sunnah.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Apabila kamu senang jual beli dengan sistem 'inah (membeli secara
kredit lalu dijual tunai kepada penjual dengan harga lebih murah) dan
kamu sibuk dengan memegang ekor sapimu dan kamu lebih menyukai
kebunmu, dan kamu tinggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan
kehinaan pada dirimu, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mencabut
kehinaan ini sehingga kamu berpegang kepada agamamu" [HR Abu Dawud :
303, lihat Ash-Shahihah : 11]
Hadits ini menjawab syubhatnya hizbiyyin dan harakiyyin yang punya
prinsip seperti di atas, mereka ingin mengajak umat untuk meraih
izzah, tetapi dengan cara menghinakan umat
Akhirnya semoga kita semua senantiasa mendapat perlindungan dan hidayah-Nya.
[Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi I, Tahun VI/Sya'ban 1427/2006.
Diterbitkan Oleh Lajnah Dakwah Ma'had Al-Furqon Al-Islami, Alamat :
Ma'had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim]