• Beranda
  • Akhlaq
  • aljazeera
  • alquran
  • Amalan
  • Anak - anak
  • Aqidah
  • BANTAHAN
  • Berita
  • Bid'ah
  • CATATAN PRIBADI
  • Cinta
  • Doa
  • Dunia muslim
  • fatwa
  • FATWA ULAMA
  • Fiqh
  • FIQIH
  • Gaza
  • hijab
  • HIZBIYYAH
  • Hukum
  • ibadah
  • imam
  • Jenazah
  • Jihad
  • Keistimewaan Al-Qur'an
  • Kiamat
  • KISAH
  • kisah nyata
  • Kurban
  • Lailatul Qadr
  • LAIN-LAIN
  • madzhab
  • Muslimah
  • nasihat
  • Niat
  • Nikah
  • pendidikan
  • PENYEJUK HATI
  • Puasa
  • puisi
  • Remajaku
  • Renungan
  • Risalah Ulama
  • ru'yah
  • Safar
  • saudara
  • Sholat
  • suap
  • Surga
  • tatacara
  • taubat
  • Tauhid
  • Tazkiyatun Nufus
  • tips jitu
  • ulama
  • Yahudi

Tausyiah

Berpegang Pada Al-qur'an dan Sunnah

    • Beranda
    • Contact
    • Disclaimer
    • Tentang Kami
    • Terms of Service
    • Privacy Policy

    Postingan Populer

    Keagungan peranmu dalam hidupku ya Umii

    Muslimah
    Minggu, Februari 10, 2013
    0

    Jangan Biasakan Mencontek!!

    CATATAN PRIBADI
    Minggu, November 01, 2009
    0

    Peran penting teman dalam hidup kita

    Akhlaq
    Minggu, Februari 10, 2013
    0

    Pede Dong jadi Remaja Muslim!

    Remajaku
    Sabtu, Oktober 22, 2011
    0

    Antara Ucapan Syukran dan Jazakallahu Khairan

    FATWA ULAMA
    Jumat, Oktober 30, 2009
    0

    HUKUM SEPUTAR SUAP DAN HADIAH

    Hukum suap
    Selasa, Desember 09, 2008
    2

    Inilah Sepak Terjang Neo Khawarij DI/TII (6): Tafsir Ayat Hijrah

    Aqidah HIZBIYYAH
    Senin, Februari 22, 2010
    0
    Author
    oracle
    Tautan disalin ke papan klip!
    Share Posts "Kasyfu Syubhat (2)"
  • Salin link
  • Simpan Ke Daftar Bacaan
  • Bagikan ke Facebook
  • Bagikan ke Twitter
  • Bagikan ke Pinterest
  • Bagikan ke Telegram
  • Bagikan ke Whatsapp
  • Bagikan ke Tumblr
  • Bagikan ke Line
  • Bagikan ke Email
  • HomeAqidahTauhidKasyfu Syubhat (2)
    Kasyfu Syubhat (2)

    Kasyfu Syubhat (2)

    Simpan Postingan
    Kasyfu Syubhat adalah kitab yg Mengungkap Kebathilan Argumen Penentang Tauhid

    Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –Rahimahullah- Berkata dalam Kitab Kasyfu Syubhat :

    Kemudian apabila dia mengatakan:‎

    ‎“Saya tidak menyembah kecuali kepada Allah, ‎sedangkan berlindung kepada orang-orang shalih dan ‎berdo’a kepada mereka semacam ini bukanlah ibadah”.‎

    Maka, katakan kepadanya: “bukankah kamu ‎mengakui, bahwasanya Allah telah mewajibkan ‎kepadamu pemurnian ibadah hanya untuk-Nya, dan ‎itu merupakan hak Dia atas kamu? Jika dia ‎menjawab: ya, maka katakan padanya: “Coba ‎terangkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan ‎kepadamu, yaitu: keikhlasan, kemurnian beribadah ‎hanya untuk Allah semata, dan itu merupakan hak ‎Allah atas kamu.” ‎


    Sesungguhnya dia tidak akan tahu apa itu ibadah ‎dan apa macam-macamnya (‎ ‎). Untuk itu terangkanlah ‎hal itu kepadanya dengan ucapan anda: Allah subahanahu wa ta’ala telah ‎befirman:‎

    ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ تَضَرُّعً۬ا وَخُفۡيَةً‌ۚ ‏ ‏ ‏ ‏

    ‎ “Berdo’alah kepada Rabbmu dengan berendah diri ‎dan suara yang lembut.” (QS.Al A’raaf: 55).‎

    ‎Lalu jika anda sudah memberi tahukan hal itu ‎kepadanya, maka katakan kepadanya: “apakah kamu ‎tahu, bahwa berdo’a itu merupakan ibadah kepada ‎Allah?‎

    Maka, pasti dia akan mengatakan:

    ya, do’a itu ‎puncak ibadah. Lantas katakan kepadanya: “kalau ‎kamu sudah mengakui, bahwa do’a itu adalah ibadah ‎kepada Allah, dan kamu sendiri sudah berdo’a kepada ‎Allah sepanjang malam dan siang hari dengan rasa ‎takut dan harap, kemudian kamu berdo’a untuk ‎keperluan tertentu kepada seorang Nabi atau yang ‎lainnya; apakah bukan berarti kamu telah menjadikan ‎selain Allah sebagai sekutu Allah dalam beribadah ‎kepada-Nya? ‎

    Maka, pasti dia akan menjawab: ya.‎

    ‎ Lalu katakan kepadanya lagi: “Apabila kamu sudah ‎mengamalkan firman Allah, di saat Dia berfirman:‎

    ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ‏ ‏

    ‎“Maka dirikanlah shalat untuk Rabbmu, dan ‎sembelihlah kurban.” (QS. Al Kautsar: 2).‎

    Dan kamu sudah taat kepada Allah serta sudah ‎pula menyembelih kurban untuk Dia; apakah hal ini ‎‎(bukan) merupakan ibadah?‎

    Pasti ia akan menjawab: ya. ‎

    Lantas katakan kepadanya: “jika kamu ‎menyembelih kurban demi untuk seseorang makhluk, ‎baik itu seorang nabi atau jin ataupun yang lainnya, ‎bukankah kamu sudah menjadikan selain Allah sekutu ‎bagi-Nya dalam beribadah kepada-Nya?. ‎

    Dia pasti akan mengakui dan mengatakan: ya. Dan ‎katakan kepadanya lagi: “orang-orang musyrik -yang ‎mana Al-Qur’an telah turun menjelaskan tentang ‎keadaan mereka-, apakah mereka dulu senantiasa ‎menyembah malaikat, Orang-orang shalih, Al- Latta ‎dan yang lainya? ‎

    Sudah pasti dia akan mengatakan: ya.‎

    Maka katakan kepadanya: “bukankah ibadah ‎mereka kepada malaikat, orang-orang shalih dan yang ‎lain-lain itu hanya dalam bentuk do’a, penyembelihan ‎kurban, berlindung kepada mereka di saat ada ‎kebutuhan dan yang semacamnya? Jika tidak seperti ‎itu lalu apa? Mereka mengakui, bahwasanya mereka ‎adalah hamba-hamba Allah dan di bawah ‎kekuasaannya, dan bahwasanya Allah lah yang ‎mengatur segala urusan, namun mereka berdo’a ‎kepada malaikat, orang-orang shalih dan berlindung ‎kepada mereka karena mereka yakin bahwa yang ‎mereka puja itu memiliki jaah (kedudukan tinggi) dan ‎syafa’at, hal ini jelas sekali.‎

    Kalau dia mengatakan: “Apakah engkau ‎mengingkari syafa’at Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berlepas diri ‎dari padanya?‎

    ‎ Maka jawablah: “Saya sama sekali tidak ‎mengingkari syafa’at itu, juga tidak berlepas diri ‎darinya, bahkan saya meyakini, bahwa beliau shalallahu ‘alaihi wasallam adalah ‎Asysyaafi’ (yang memberi syafa’at) dan Musyaffa’ ‎‎(mendapatkan hak memberi syafa’at dari Allah) dan ‎saya benar-benar mengharap syafa’at beliau itu, akan ‎tetapi, bagaimanapun juga semua syafa’at itu ‎kepunyaan Allah semata, sebagaimana yang ‎difirmanka-Nya:‎


    ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ قُل لِّلَّهِ ٱلشَّفَـٰعَةُ جَمِيعً۬ا

    Katakanlah:“Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu ‎semua.” (QS. Az Zumar: 44).‎

    Dan tidak akan ada syafa’at itu kecuali sesudah ‎mendapatkan izin dari Allah. Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:‎

    ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشۡفَعُ عِندَهُ ۥۤ إِلَّا بِإِذۡنِ ‏ ‏ ‏ ‏

    ‎ “Siapa yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah ‎tanpa izin-Nya?” (QS. Al Baqarah: 255). ‎

    Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tidak akan dapat memberi syafa’at ‎terhadap seseorang kecuali sesudah Allah mengizinkan ‎untuk memberi syafa’at kepada orang itu, sebagaimana ‎Allah telah berfirman:‎

    وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏

    ‎“Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan ‎kepada orang yang diridhai Allah.” (QSAl-Anbiyaa’:28).‎

    Sedangkan Allah sendiri hanya ridha kepada ‎tauhid.” Seperti yang difirmankan-Nya:‎

    ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَـٰمِ دِينً۬ا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡ ‏

    ‎“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, ‎maka sekali-sekali tidaklah akan diterima (agama itu) ‎dari padanya.” (QS. Ali ‘Imran: 85).‎

    Jadi, jika syafa’at itu semuanya kepunyaan Allah ‎dan tidak akan ada kecuali sesudah mendapatkan izin ‎Allah, sedang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sendiri dan yang lainnya tidak ‎dapat memberi syafa’at terhadap seseorang sebelum ‎Allah mengizinkannya untuk memberi syafa’at kepada ‎seseorang itu, serta syafa’at itu hanya diizinkan untuk ‎ahli tauhid, maka dari sini menjadi jelas dan teranglah ‎bagi anda, bahwasanya syafa’at itu semuanya ‎kepunyaan Allah, dan saya akan memohon syafa’at itu ‎dari Dia. Untuk itu saya berdo’a: “Ya Allah, janganlah ‎engkau jadikan aku orang yang tak mendapatkan ‎bagian dari syafa’at Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, Ya Allah, berilah beliau ‎hak memberi syafa’at untukku,” dan do’a-do’a yang ‎sejenisnya”.‎

    Apabila dia mengatakan: “Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah diberi hak ‎memberi syafa’at, lalu saya memohon kepada beliau shalallahu ‘alaihi wasallam ‎sebagian apa yang telah Allah berikan kepada beliau. ‎

    Maka jawabannya sebagai berikut: “Sesungguhnya ‎Allah telah memberi beliau shalallahu ‘alaihi wasallam hak memberi syafa’at, ‎tetapi Dia melarang kamu berdo’a memohon kepada ‎Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Untuk itu Allah berfirman:‎

    ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ ‏ فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدً۬ا ‏ ‏ ‏

    ‎ “Maka janganlah kamu berdo’a kepada seseorang ‎disamping (berdoa kepada) Allah.” (QS. Al Jin:18).‎

    Dan juga, bahwasanya syafa’at itu juga diberikan ‎kepada selain Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, maka benar, bahwasanya para ‎malaikat akan memberi syafa’at. Begitu juga para wali ‎itu akan memberi syafa’at. Lalu, apakah kamu ‎mengatakan: “sesungguhnya Allah telah memberi ‎kepada mereka (yang disebut di atas) itu hak memberi ‎syafa’at, dan saya memohon syafa’at itu dari mereka, ‎jika kamu memang mengatakan (mengakui) begitu, ‎maka berarti kamu telah kembali kepada ‎penyembahan kepada orang shalih yang sudah ‎nyatakan Allah dalam kitab-Nya, akan tetapi jika kamu ‎mengatakan: Tidak, (tidak mengatakan seperti ucapan ‎di atas), maka menjadi batal-lah ucapanmu terdahulu: ‎‎“Allah telah memberi kepada beliau Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam hak ‎memberi syafa’at, lalu saya memohon kepada beliau ‎sebagian apa yang sudah Allah berikan padanya.”‎

    Lalu, kalau dia mengatakan sama sekali tidak ‎mempersekutukan sesuatupun dengan Allah. Dan ‎sekali-kali tidak, akan tetapi, berlindung (iltija’) kepada ‎orang-orang shalih bukanlah perbuatan syirik. ‎

    Maka katakan kepada dia,” jika kamu sudah ‎mengakui, bahwasanya Allah telah mengharamkan ‎syirik, itu melebihi dari pada mengharamkan zina, dan ‎kamu mengakui pula, bahwasanya Allah tidak akan ‎mengampuni dosa syirik, maka masalah apa yang ‎diharamkan Allah dan Dia sebut bahwasanya Dia tidak ‎akan mengampuninya itu? pasti dia tidak akan tahu. ‎Maka, katakan lagi kepadanya: “lantas bagaimana ‎kamu membebaskan dirimu dari melakukan syirik, ‎sementara kamu sendiri tidak mengetahui syirik itu. ‎Atau bagaimana Allah mengharamkan syirik itu atas ‎kamu dan Dia menyebut bahwasanya Dia tidak akan ‎mengampuni dosa syirik itu, sementara kamu tidak ‎menanyakan apa itu syirik dan tidak mengetahuinya. ‎Apakah kamu mengira, bahwa Allah mengharamkan ‎syirik, tapi tidak menerangkannya kepada kita?‎


    Sumber : Muwahiid
    Aqidah Tauhid
    Jumat, April 16, 2010 • 0 komentar
    Disclaimer: gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami di halaman ini.
    Tausyiah

    Your description here

    • Ikuti Blog
    Copyright ©2020 - 2021 🔥 Tausyiah.
    • Beranda
    • Cari
    • Posting
    • Trending
    • Tersimpan