• Beranda
  • Akhlaq
  • aljazeera
  • alquran
  • Amalan
  • Anak - anak
  • Aqidah
  • BANTAHAN
  • Berita
  • Bid'ah
  • CATATAN PRIBADI
  • Cinta
  • Doa
  • Dunia muslim
  • fatwa
  • FATWA ULAMA
  • Fiqh
  • FIQIH
  • Gaza
  • hijab
  • HIZBIYYAH
  • Hukum
  • ibadah
  • imam
  • Jenazah
  • Jihad
  • Keistimewaan Al-Qur'an
  • Kiamat
  • KISAH
  • kisah nyata
  • Kurban
  • Lailatul Qadr
  • LAIN-LAIN
  • madzhab
  • Muslimah
  • nasihat
  • Niat
  • Nikah
  • pendidikan
  • PENYEJUK HATI
  • Puasa
  • puisi
  • Remajaku
  • Renungan
  • Risalah Ulama
  • ru'yah
  • Safar
  • saudara
  • Sholat
  • suap
  • Surga
  • tatacara
  • taubat
  • Tauhid
  • Tazkiyatun Nufus
  • tips jitu
  • ulama
  • Yahudi

Tausyiah

Berpegang Pada Al-qur'an dan Sunnah

    • Beranda
    • Contact
    • Disclaimer
    • Tentang Kami
    • Terms of Service
    • Privacy Policy

    Postingan Populer

    Keagungan peranmu dalam hidupku ya Umii

    Muslimah
    Minggu, Februari 10, 2013
    0

    Jangan Biasakan Mencontek!!

    CATATAN PRIBADI
    Minggu, November 01, 2009
    0

    Peran penting teman dalam hidup kita

    Akhlaq
    Minggu, Februari 10, 2013
    0

    Pede Dong jadi Remaja Muslim!

    Remajaku
    Sabtu, Oktober 22, 2011
    0

    Antara Ucapan Syukran dan Jazakallahu Khairan

    FATWA ULAMA
    Jumat, Oktober 30, 2009
    0

    HUKUM SEPUTAR SUAP DAN HADIAH

    Hukum suap
    Selasa, Desember 09, 2008
    2

    Inilah Sepak Terjang Neo Khawarij DI/TII (6): Tafsir Ayat Hijrah

    Aqidah HIZBIYYAH
    Senin, Februari 22, 2010
    0
    Author
    oracle
    Tautan disalin ke papan klip!
    Share Posts "Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (6)"
  • Salin link
  • Simpan Ke Daftar Bacaan
  • Bagikan ke Facebook
  • Bagikan ke Twitter
  • Bagikan ke Pinterest
  • Bagikan ke Telegram
  • Bagikan ke Whatsapp
  • Bagikan ke Tumblr
  • Bagikan ke Line
  • Bagikan ke Email
  • HomeAqidahKISAHTauhidBagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (6)
    Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (6)

    Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (6)

    Simpan Postingan
    Penulis : Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Hafizahullahuta'ala

    Thariqat Mauliyyah

    Di daerah saya terdapat kelompok lain yang terkenal dengan nama Tarekat Mauliyyah. Mereka bermarkas di masjid besar, tempat dimana sholat wajib didirikan. Di sana terdapat banyak kuburan yang ditutup dengan kain kelambu. Nisannya dihiasi dengan batu-batu marmer yang indah dan tinggi. Di atasnya tertulis ayat-ayat Al-Qur’an, nama orang yang sudah meninggal itu dan bait-bait syair. Kelompok ini menghadiri perayaan setiap hari Jum’at atau pada acara-acara tertentu dengan memakai topi yang panjang terbuat dari kulit berwarna abu-abu dan beberapa alat-alat musik yang mereka gunakan ketika berdzikir dapat didengarkan dari kejauhan. Saya melihat salah seorang dari mereka duduk di tengah lingkaran, kemudian berputar-putar sendirian di tempat itu, dilakukan berkali-kali dan tidak beranjak dari tempatnya. Mereka menundukkan kepala ketika memohon pertolongan kepada Syaikh mereka, Jalaluddin Ar-Rumi atau yang lainnya.

    Yang sangat aneh adalah banyak di antara masjid-masjid di beberapa negeri Islam, termasuk masjid ini, yang menguburkan orang-orang mati di dalam Masjid, mengikuti apa yang dilakukan oleh orang-oran Yahudi dan Nashrani.


    Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


    لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد يحذر ما صنعوا ( رواه البخاري )


    “Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani yang menjadikan kiburan Nabi-nabi mereka sebagai masjid, perbuatan mereka mendapat peringatan” (HR. Bukhori).


    Sholat menghadap ke kuburan juga terlarang, berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam:


    لا تجلسوا على القبور, ولا تصلوا إليها ( واه مسلم, أحمد )



    “Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan janganlah kalian sholat menghadap kuburan” (HR. Muslim; Ahmad).


    Adapun membangun kuburan secara permanent, lengkap dengan kubah, dinding, tulisan dan pengecatan, maka dengarlah larangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang itu:

    نهى أن يخصص القبر وأن يبنى عليه ( رواه مسلم )



    “Beliau melarang mengecat kuburan dan mendirikan bangunan di atasnya” (HR. Muslim).


    Dalam riwayat lain berbunyi:


    نهى أن يكتب على القبر شيء ( رواه الترمذي)



    “Beliau melarang menulis sesuatu di atas kuburan” (HR. At-Tirmidzi; Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).


    Menggunakan alat musik di Masjid dan ketika dzikir adalah termasuk perbuatan bid’ah orang-orang shufi yang datang belakangan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang musik dalam sabdanya:


    ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف ( رواه البخاري )


    “Akan datang pada ummatku kaum yang menghendaki dihalalkannya zinah, sutrah, khamer, dan alat musik”
    (HR. Al-Bukhori; Abu Dawud dan di SHAHIH kan oleh Al-Albani dan lain-lain).


    Dikecualikan dari alat musik ini, rebana yang dipukul pada hari raya ‘ied atau untuk kaum wanita pada acara pernikahan.


    Kelompok ini berpindah dari satu Masjid ke Masjid lain untuk mengadakan apa yang mereka namakan An-Naubah yaitu dzikir yang disertai dengan alat musik. Mereka begadang hingga larut malam, sehingga suara gaduh musik ini mengganggu penduduk daerah itu.


    Saya mengenal salah seorang diantara mereka, ia memakaikan anaknya topi yang sering dipakai orang-orang kafir. Lalu dengan sembunyi-sembunyi saya mengambil topi itu dan merobeknya. Orang shufi itu tidak menerima perlakuanku dan marah kepadaku. Saya katakan kepadanya, "Saya melakukan ini karena rasa ghirahku (kecemburuan atas dasar Islam)" terhadap anakmu yang memakai pakaian ala orang-orang kafir. Lalu saya minta maaf.


    Orang Shufi ini memasang tulisan di ruang kerjanya:

    يا حضرة مولانا جلال الدين



    “ Wahai Hadhrah Maulana Jalaluddin”



    Lalu saya bertanya kepadanya, "Bagaimana Anda memanggil Syaikh yang tidak mendengar dan tidak mengabulkan permintaan ini?" Dia hanya bisa diam membisu, tidak menjawab. Inilah kesimpulan tentang Tarekat Mauliyyah

    Pelajaran Aneh Dari Seorang Syaikh Shufi


    Suatu ketika, saya pergi bersama salah seorang Syaikh untuk mengikuti pelajaran di salah satu masjid. Di sana, orang-orang sudah berkumpul, baik guru-guru maupun para syaikh.

    Mereka membaca sebuah buku berjudul Al-Hikam karangan Ibn ‘Ajibah. Pelajaran mereka tentang “Mendidik jiwa menurut orang-orang Shufi”.

    Salah seorang diantara mereka membaca kisah aneh dari buku tersebut yang isinya:
    Salah seorang dari golongan shufi masuk kamar mandi untuk mandi. Ketika orang shufi ini keluar dari kamar mandi tersebut, ia mencuri handuk yang khusus dipinjamkan oleh pemilik kamar mandi untuk orang yang mandi di tempat itu. Ujung handuk dibiarkan kelihatan, agar orang-orang memergokinya mencuri, kemudian mereka mengejek dan menghardiknya. Dengan tujuan menghinakan dan mendidik dirinya dengan cara-cara shufi. Dan ternyata, setelah ia keluar dari kamar mandi, pemilik kamar mandi tersebut mengejarnya dan melihat ujung handuk menyembul keluar dari balik pakaiannya, lalu iapun menghardik dan memukulnya. Orang-orang yang mendengarnya, melihat syaikh shufi yang mencuri handuk dari kamar mandi ini, lalu merekapun ikut menghardik, mengejek dan berbagai hal yang dilakukan orang-orang ketika memergoki seorang pencuri. Mereka mendapatkan gambaran yang jelek dari orang shufi ini.

    Seorang laki-laki dari kalangan shufi ingin mendidik dan menghinakan dirinya. Lalu ia memikul sekarang buah-buahan yang disukai anak-anak. Lalu iapun pergi ke pasar dan berkata kepada setiap anak kecil yang lewat:”Ludahi wajahku, saya akan beri buah yang kamu sukai”. Lalu anak kecil itu meludahi wajah syaikh itu dan memberinya buah. Demikianlah ludah anak-anak kecil di jalan mampir ke wajah syaikh shufi ini, karena mereka menginginkan buah tersebut. Dan syaikh inipun semakin senang.

    Ketika saya mendengar kedua kisah ini, aku hampir saja marah. Dadaku terasa sempit mendengarkan pendidikan salah yang tidak diajarkan agama Islam yang memuliakan manusia.

    Allah Ta’ala berfirman:

    {وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً} (70) سورة الإسراء

    “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isro: 70).

    Saya berkata kepada syaikh yang bersamaku setelah keluar dari masjid itu:


    ”Inikah cara orang-orang shufi mendidik diri mereka? Apakah pendidikan itu dengan cara mencuri, yang dalam hukum Islam dikenakan hukum potong tangan? Apakah pendidikan itu dengan melakukan perbuatan hina dan mencela atau melakukan hal-hal yang seharusnya ditinggalkan? Sesungguhnya agama Islam dan akal sehat yang memuliakan manusia melarang perbuatan semacam ini. Inikah hikmah-hikmah yang mereka pelajari dari buku yang mereka namakan dengan Al-Hikam karangan ibn ‘Ajibah itu?”.

    Dan salah satu hal yang perlu diingat adalah syaikh yang memimpin pelajaran ini memiliki banyak pengikut dan murid.

    Suatu ketika syaikh ini mengumumkan bahwa ia akan melaksanakan haji. Kemudian murid-muridnya datang untuk mencatat dan mendaftarkan nama-nama mereka untuk menemaninya melaksanakan haji. Bahkan kaum wanitapun banyak yang mendaftarkan diri dan mungkin diantara mereka yang terpaksa menjual perhiasannya untuk itu. Sehingga orang-orang yang berkeinginan melaksanakan haji semakin bertambah. Uang yang ia kumpulkan juga semakin banyak. Kemudian pada akhirnya ia mengumumkan bahwa ia urung melaksanakan haji, tetapi syaikh itu tidak mengembalikan uang yang terkumpul itu kepada pemiliknya, tetapi justru ia makan sendiri dengan cara yang haram.

    Sungguh benar firman Allah Azza wa Jalla:

    {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ} (34) سورة التوبة

    Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah…” (QS. At-Tubah: 34).

    Saya mendengar dari salah seorang pengikutnya yang tergolong kaya dan banyak bergaul dengan syaikh itu, mengatakan bahwa syaikh itu adalah seorang dajjal dan penipu besar.

    Sumber : File CHM AbuHarun http://sunniy.wordpress.com
    Aqidah KISAH Tauhid
    Kamis, Mei 06, 2010 • 0 komentar
    Disclaimer: gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami di halaman ini.
    Tausyiah

    Your description here

    • Ikuti Blog
    Copyright ©2020 - 2021 🔥 Tausyiah.
    • Beranda
    • Cari
    • Posting
    • Trending
    • Tersimpan