• Beranda
  • Akhlaq
  • aljazeera
  • alquran
  • Amalan
  • Anak - anak
  • Aqidah
  • BANTAHAN
  • Berita
  • Bid'ah
  • CATATAN PRIBADI
  • Cinta
  • Doa
  • Dunia muslim
  • fatwa
  • FATWA ULAMA
  • Fiqh
  • FIQIH
  • Gaza
  • hijab
  • HIZBIYYAH
  • Hukum
  • ibadah
  • imam
  • Jenazah
  • Jihad
  • Keistimewaan Al-Qur'an
  • Kiamat
  • KISAH
  • kisah nyata
  • Kurban
  • Lailatul Qadr
  • LAIN-LAIN
  • madzhab
  • Muslimah
  • nasihat
  • Niat
  • Nikah
  • pendidikan
  • PENYEJUK HATI
  • Puasa
  • puisi
  • Remajaku
  • Renungan
  • Risalah Ulama
  • ru'yah
  • Safar
  • saudara
  • Sholat
  • suap
  • Surga
  • tatacara
  • taubat
  • Tauhid
  • Tazkiyatun Nufus
  • tips jitu
  • ulama
  • Yahudi

Tausyiah

Berpegang Pada Al-qur'an dan Sunnah

    • Beranda
    • Contact
    • Disclaimer
    • Tentang Kami
    • Terms of Service
    • Privacy Policy

    Postingan Populer

    Keagungan peranmu dalam hidupku ya Umii

    Muslimah
    Minggu, Februari 10, 2013
    0

    Jangan Biasakan Mencontek!!

    CATATAN PRIBADI
    Minggu, November 01, 2009
    0

    Peran penting teman dalam hidup kita

    Akhlaq
    Minggu, Februari 10, 2013
    0

    Pede Dong jadi Remaja Muslim!

    Remajaku
    Sabtu, Oktober 22, 2011
    0

    Antara Ucapan Syukran dan Jazakallahu Khairan

    FATWA ULAMA
    Jumat, Oktober 30, 2009
    0

    HUKUM SEPUTAR SUAP DAN HADIAH

    Hukum suap
    Selasa, Desember 09, 2008
    2

    Inilah Sepak Terjang Neo Khawarij DI/TII (6): Tafsir Ayat Hijrah

    Aqidah HIZBIYYAH
    Senin, Februari 22, 2010
    0
    Author
    oracle
    Tautan disalin ke papan klip!
    Share Posts "Kisah Kantong Sutra"
  • Salin link
  • Simpan Ke Daftar Bacaan
  • Bagikan ke Facebook
  • Bagikan ke Twitter
  • Bagikan ke Pinterest
  • Bagikan ke Telegram
  • Bagikan ke Whatsapp
  • Bagikan ke Tumblr
  • Bagikan ke Line
  • Bagikan ke Email
  • HomeKISAHLAIN-LAINKisah Kantong Sutra
    Kisah Kantong Sutra

    Kisah Kantong Sutra

    Simpan Postingan
    Hakim Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-
    Bazzaz Al-Anshari mengisahkan.

    Aku tinggal dekat Mekah Al-Mukarramah. Suatu hari aku kelaparan,
    tidak ada sepotong makanan yang dapat mengganjal perutku, sampai
    akhirnya kutemukan sebuah kantong sutra berhias rumbai-rumbai sutra.
    Aku mengambil dan membawa pulang kantong itu. Setelah aku buka,
    ternyata isinya adalah seuntai kalung mutiara yang sangat indah tiada tara.
    Ketika keluar dari rumah, aku mendengar ada seorang tua yang
    membawa-bawa kantong berisi uang 500 dinar berseru, “Akan kuberikan
    uang ini bagi siapa saja yang mengembalikan kepadaku kantong yang
    berisi kalung mutiara.”

    Mendengar itu aku bergumam, “Aku sedang kekurangan dan
    kelaparan, akan kuambil dinar emas itu dan akan kukembalikan kantong
    miliknya.”

    Aku kemudian berkata kepada orang tua itu, “Kemari, kek!” Aku
    mengajaknya ke rumah, lalu dia menyampaikan padaku semua ciri-ciri
    kantong, rumbai-rumbai, dan kalung mutiara lengkap dengan jenis benang
    yang digunakan untuk merangkainya. Aku mengeluarkan kantong itu dan
    memberikannya. Sesuai janjinya, dia kemudian memberikan lima ratus
    dinar, tapi aku tolak, “Aku harus mengembalikan kantong itu kepada Anda
    tanpa meminta balas jasa sepeserpun.”

    Namun, dia berkata, “Kamu harus mengambilnya,” ia terus
    mendesakku, tapi tetap aku tolak, sampai dia pergi meninggalkanku.

    Tak lama berselang, aku meninggalkan Mekah dengan menaiki sebuah
    kapal. Di tengah pelayaran, kapal yang kutumpangi bocor dan tenggelam.
    Banyak penumpang dan harta bawaan yang tenggelam, sedangkan aku
    selamat dengan berpegangan pada sebuah potongan kayu kapal. Arus laut
    menghanyutkanku entah kemana.

    Singkat cerita, aku terdampar di sebuah pulau yang ditinggali oleh
    sekelompok orang. Tak tahu harus kemana, aku masuk ke sebuah masjid
    dan membaca al-Qur’an. Ternyata, banyak orang yang mendengar
    bacaanku. Mereka berkumpul di sekelilingku dan berkata, “Ajarkan kami
    al-Quran.”

    Sejak saat itu aku mengajarkan al-Qur’an kepada mereka sampai aku
    berhasil mengumpulkan banyak uang sebagai hasil jerih payahku
    mengajarkan al-Qur’an.

    Waktu berlalu, sampai suatu saat ketika aku sedang membaca lembaran
    mushaf Qur’an di masjid, beberapa orang bertanya kepadaku, “Apakah
    kamu dapat menulis?”

    “Ya,” jawabku.

    “Tolong ajari kami tulis menulis,” kata mereka.

    Tak lama berselang, mereka kembali bersama anak-anak dan para
    pemuda untuk kuajari tulis-menulis. Sekali lagi aku berhasil mendapatkan
    uang banyak sebagai hasil jerih payahku mengajar mereka tulis-menulis.
    Waktu berlalu, ketika pada suatu hari orang-orang datang kepadaku
    menyampaikan sesuatu, “Ada seorang gadis yatim yang kaya tinggal di sini,
    kami memintamu untuk menikahinya,” ujar mereka.

    Aku terkejut mendengar permintaan mereka. Aku menolaknya, tetapi
    mereka terus mendesakku, sampai aku tak kuasa menolak permintaan
    mereka.

    Ketika dipertemukan dengan gadis yatim itu, aku terkejut, karena gadis
    itu mengenakan kalung yang dulu pernah kutemukan dan telah
    kukembalikan kepada pemiliknya. Mataku tak berkedip melihat kalung di
    lehernya itu, sampai orang-orang di sekelilingku berkata, “Wahai Syaikh,
    mengapa kau hancurkan hati gadis itu dengan lebih memperhatikan
    kalung di lehernya dan mengabaikannya.”

    Aku ceritakan kisahku dan kalung itu dari awal.

    Selesai mendengar ceritaku, tiba-tiba mereka menyerukan takbir dan
    tahlil, sampai hampir seluruh penduduk pulau itu mengetahui apa yang
    terjadi.
    Dengan heran aku bertanya, “Apa gerangan yang terjadi?”

    Salah seorang dari mereka berkata, “Kakek tua yang menerima
    kalungnya darimu adalah ayah gadis ini. Dulu, dia pernah berdoa, ‘Aku
    tidak pernah menemukan seorang muslim seperti pemuda yang
    mengembalikan kalungku ini. Oleh karena itu, ya Allah, pertemukan aku
    dengannya untuk aku jodohkan dengan anakku.’”

    Kini, aku telah menikah dengan gadis yatim itu sampai kami dikaruniai
    dua orang anak. Beberapa saat kemudian, istriku wafat, meninggalkan
    kalung mutiara dan dua orang anak.

    Setelah anakku meninggal, tinggallah aku dengan kalung bersejarah
    itu. Kalung itu lalu kujual seharga 1000 dinar dan kulanjutkan hidupku
    dengan hartaku itu.

    Kisah ini tentang wara’ Dinukil dari Al-Mukhtar min Faraid An-Nuqul wa Al-Akhbar,jilid 3, hal. 63-67 dan Thabaqat Al-Hanabilah, jilid 1, hal. 196.

    diambil dari : http://rumahbelajarku.wordpress.com/2010/06/15/kisah-kantong-sutra/
    KISAH LAIN-LAIN
    Selasa, Juni 15, 2010 • 0 komentar
    Disclaimer: gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami di halaman ini.
    Tausyiah

    Your description here

    • Ikuti Blog
    Copyright ©2020 - 2021 🔥 Tausyiah.
    • Beranda
    • Cari
    • Posting
    • Trending
    • Tersimpan